Pemeriksaan dan Pengujian Las
Pemeriksaan proses pengelasan dilakukan untuk menjamin kualitas hasil lasan yang dibuat sesuai dengan ketentuan, dan standard yang digunakan. Pemeriksaan tersebut dilakukan selama proses pengelasan (sebelum pengelasan, selama pengelasan dan setelah pengelasan). Pemeriksaan yang dilakukan sebelum pengelasan diantaranya:
Keseluruhan persiapan sebelum pengelasan diperiksa dan pelaksanaannya harus diobservasi.
Selama proses pengelasan, pemeriksaan yang harus dilakukan yaitu:
Pemeriksaan pada hasil akhir pengelasan yang paling dasar dilakukan adalah dengan pemeriksaan visual (VT). Pemeriksaan visual dilakukan dengan mengobservasi hasil tampilan dan bentuk lasan. Pemeriksaan tersebut diantaranya pada bentuk manik las, bentuk dan kedalaman penetrasi las, cacat yang mungkin terbentuk, dan kesempurnaan fusi.
PENGUJIAN HASIL PENGELASAN
Setelah proses pemeriksaan visual, perlu dilakukan pengujian pada hasil lasan. Pengujian tersebut terbagi dalam dua proses utama yaitu proses destruktif dan proses non-destruktif.
Pengujian Destruktif
Pengujian destruktif dilakukan dengan pengambilan spesimen uji dari produk hasil lasan, tidak pada produk keseluruhan (kecuali pada produk berukuran kecil) dan dilakukan pengujian yang bersifat merusak terhadap spesimen uji tersebut.
Pengujian Kimia (Chemical Tests)
Pengujian kimia dilakukan untuk mengetahui sifat logam las dengan metode analisis kimia kandungan logam, uji korosi, dan uji hidrogen terfusi.
Pengujian Mekanikal (Mechanical Tests)
Pengujian mekanikal dilakukan untuk mengukur sifat dari logam yang telah dilas:
Pengujian Struktural (Struktural Tests)
Pengujian struktural pada benda uji dilakukan untuk mengetahui struktur yang terbentuk pada benda uji.
Pengujian Struktur Makro
Pengujian ini dilakukan langsung dengan mata telanjang untuk memeriksa penetrasi lasan, bentukan lapisan las, ukuran dari daerah pengaruh panah (HAZ), dan kemungkinan munculnya cacat las. Spesimen uji diambil dari potongan benda kerja dengan permukaan halus yang dilapis cairan asam yang sesuai (sebagai contoh, 5 % picric acid atau nitric acid untuk baja karbon dab baja paduan rendah).
Pengujian Struktur Mikro
Pada pengujian struktur mikro, potongan spesimen uji yang dipoles halus dan dilapisi cairan asam dianalisis strukturnya menggunakan mikroskop optik dengan pembesaran 100 sampai 1000 kali. Pengujian dengan menggunakan mikroskop elektron dapat dilakukan pemeriksaan dengan pembesaran diatas 1000 kali sampai jutaan kali. Dengan pengujian ini dapat dilihat struktur mikro yang terkristalisasi, retak kecil, dan inklusi pada spesimen uji.
Pengujian Non-Destruktif
Pengujian non-destruktif dilakukan dengan menguji hasil lasan tanpa “merusak” produk hasil lasan.
Pemeriksaan Radiografik (RT)
dengan melakukan pemeriksaan radiografik (radiographic examination). Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan x-ray atau gamma ray. Pemeriksaan radiografik dapat menampilkan cacat las seperti retakan, fusi tak sempurna, terak dan porositas. Proses ini harus dilakukan oleh interpreter radiografi tersertifikat. Toleransi kecacatan yang muncul pada hasil las mengacu pada acceptance standards sambungan las yang digunakan.
Pemeriksaan Ultrasonik (UT)
Pada pemeriksaan ultrasonik digunakan gelombang suara berfrekuensi tinggi. Gelombak tersebut ditembakkan ke benda kerja untuk mendeteksi kecacatan permukaan ataupun bagian dalam lasan. Kecacatan las dideteksi dan dianalisis dari pantulan gelombang yang ditembakkan.
Partikel Magnetik (MT)
Pengujian partikel magnetik dilakukan dengan melihat garis gaya dari serbuk kering atau cairan suspensi magnetik yang terbentuk dari medan magnet yang ditimbulkan pada permukaan produk lasan. Metode ini dapat mendeteksi cacat seperti retakan dan porositas dari bentuk garis gaya magnetnya.
- Pemeriksaan pada kesiapan peralatan las, seperti pada sumber listrik, aksesoris yang diperlukan, alat bantu pengelasan, dan lainnya.
- Memastikan penggunaan elektroda atau logam pengisi yang akan digunakan sudah sesuai dengan spesifikasi yang tercantum pada WPS, termasuk memastikan kesesuaian gas selubung yang akan digunakan pada proses pengelasan apabila akan melakukan pengelasan menggunakan proses yang mengharuskan penggunaan gas selubung.
- Persiapan desain pengelasan (sudut bevel, root opening, root face), kebersihan atau kehalusan permukaan benda kerja, welding fitup.
- Memastikan persiapan untuk pengkondisian lasan, seperti pemanasan mula, pemanasan akhir, dan perlakuan panas setelah las yang akan dilakukan.
- Pemeriksaan pada persiapan juru las yang akan melakukan proses pengelasan. Pemeriksaan ini termasuk pada status kualifikasi, kemampuan, dan pengalaman juru las.
Keseluruhan persiapan sebelum pengelasan diperiksa dan pelaksanaannya harus diobservasi.
Selama proses pengelasan, pemeriksaan yang harus dilakukan yaitu:
- Kesesuaian penerapan proses pengelasan terhadap variabel WPS seperti perlakuan panas, parameter las (arus, tegangan, kecepatan pengelasan, tahapan jalur las, dan posisi pengelasan) pengerjaan pengelasan.
- Dilakukan observasi pada tiap lapisan jalur las untuk melihat tampilan hasil lasan dan memeriksa kemungkinan munculnya distorsi pada lasan.
Pemeriksaan pada hasil akhir pengelasan yang paling dasar dilakukan adalah dengan pemeriksaan visual (VT). Pemeriksaan visual dilakukan dengan mengobservasi hasil tampilan dan bentuk lasan. Pemeriksaan tersebut diantaranya pada bentuk manik las, bentuk dan kedalaman penetrasi las, cacat yang mungkin terbentuk, dan kesempurnaan fusi.
PENGUJIAN HASIL PENGELASAN
Setelah proses pemeriksaan visual, perlu dilakukan pengujian pada hasil lasan. Pengujian tersebut terbagi dalam dua proses utama yaitu proses destruktif dan proses non-destruktif.
Pengujian Destruktif
Pengujian destruktif dilakukan dengan pengambilan spesimen uji dari produk hasil lasan, tidak pada produk keseluruhan (kecuali pada produk berukuran kecil) dan dilakukan pengujian yang bersifat merusak terhadap spesimen uji tersebut.
Pengujian Kimia (Chemical Tests)
Pengujian kimia dilakukan untuk mengetahui sifat logam las dengan metode analisis kimia kandungan logam, uji korosi, dan uji hidrogen terfusi.
Pengujian Mekanikal (Mechanical Tests)
Pengujian mekanikal dilakukan untuk mengukur sifat dari logam yang telah dilas:
- Uji Tarik (Tensile Test); Pengujian untuk mengukur kekuatan akhir dari sambungan las kampuh.
- Uji Tekan (Bend Test); Dilakukan untuk mengukur tingkat kebaikan struktur dan elastisitas sambungan las kampuh.
- Uji Kekerasan (Hardness Test); Pengujian ini dilakukan untuk mengukur kekerasan, baik ketahanan terhadap pemakaian mekanis maupun keelastisan material. Terdapat empat jenis metode untuk mengukur kekerasan, yaitu : Brinell, Rockwell, Vickers, and Shore.
- Uji Tumbuk (Impact Test); Kekuatan logam las untuk mencapai titik rusaknya dapat diketahui dengan melakukan uji tumbuk. Pengujian yang umum digunakan yaitu dengan metode Charpy V-notch.
Pengujian Struktural (Struktural Tests)
Pengujian struktural pada benda uji dilakukan untuk mengetahui struktur yang terbentuk pada benda uji.
Pengujian Struktur Makro
Pengujian ini dilakukan langsung dengan mata telanjang untuk memeriksa penetrasi lasan, bentukan lapisan las, ukuran dari daerah pengaruh panah (HAZ), dan kemungkinan munculnya cacat las. Spesimen uji diambil dari potongan benda kerja dengan permukaan halus yang dilapis cairan asam yang sesuai (sebagai contoh, 5 % picric acid atau nitric acid untuk baja karbon dab baja paduan rendah).
Pengujian Struktur Mikro
Pada pengujian struktur mikro, potongan spesimen uji yang dipoles halus dan dilapisi cairan asam dianalisis strukturnya menggunakan mikroskop optik dengan pembesaran 100 sampai 1000 kali. Pengujian dengan menggunakan mikroskop elektron dapat dilakukan pemeriksaan dengan pembesaran diatas 1000 kali sampai jutaan kali. Dengan pengujian ini dapat dilihat struktur mikro yang terkristalisasi, retak kecil, dan inklusi pada spesimen uji.
Pengujian Non-Destruktif
Pengujian non-destruktif dilakukan dengan menguji hasil lasan tanpa “merusak” produk hasil lasan.
Pemeriksaan Radiografik (RT)
dengan melakukan pemeriksaan radiografik (radiographic examination). Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan x-ray atau gamma ray. Pemeriksaan radiografik dapat menampilkan cacat las seperti retakan, fusi tak sempurna, terak dan porositas. Proses ini harus dilakukan oleh interpreter radiografi tersertifikat. Toleransi kecacatan yang muncul pada hasil las mengacu pada acceptance standards sambungan las yang digunakan.
Pemeriksaan Ultrasonik (UT)
Pada pemeriksaan ultrasonik digunakan gelombang suara berfrekuensi tinggi. Gelombak tersebut ditembakkan ke benda kerja untuk mendeteksi kecacatan permukaan ataupun bagian dalam lasan. Kecacatan las dideteksi dan dianalisis dari pantulan gelombang yang ditembakkan.
Partikel Magnetik (MT)
Pengujian partikel magnetik dilakukan dengan melihat garis gaya dari serbuk kering atau cairan suspensi magnetik yang terbentuk dari medan magnet yang ditimbulkan pada permukaan produk lasan. Metode ini dapat mendeteksi cacat seperti retakan dan porositas dari bentuk garis gaya magnetnya.
Cairan Penetrant (PT)
Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan cairan berpendar atau cairan merah untuk memvisualisasikan kecacatan seperti retakan atau celah yang terbuka pada area lasan. Apabila terdapat cacat, cairan akan meresap ke dalam celah. Cairan pengembang digunakan pada permukaan yang telah diberi cairan penguji. Pada posisi dimana cairan meresap, cairan tersebut akan muncul ke permukaan. Proses pengujian ini dapat dilakukan segera setelah proses pengelasan dilakukan karena tidak mengganggu pada struktur lasan.
Komentar
Posting Komentar